Selasa, 10 Desember 2013
Selasa, 07 Mei 2013
resume kreativitas
PENGEMBANGAN PESERTA DIDIK
“Kreativitas”
![]() |
Oleh:
RIDONA SILABAN
16573
/ 2010
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
2013
A. Pengertian Kreativitas
Barron
(1982) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru. Guilford (1970) menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada
kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif. Utami Munandar (1992:47)
mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi
sesuatu gagasan. Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya
hasil-hasil baru kedalam suatu tindakan (Utami Munandar, 1992:47). Drevdahl
mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan
baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis yang mungkin
melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu
yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang (Hurlock,1978).
Berdasarkan berbagai definisi
kreativitas di atas, maka definisi-definisi kreativitas dapat dikelompokan ke
dalam empat kategori yaitu :
1.
Product
2.
Person
3.
Process
4.
Press
Jadi, yang dimaksud dengan
kreativitas adalah cirri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari
karya-karya yang telah ada sebelumnya menjadi suatu karya baru yang dilakukan
melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan
mencari alternative pemecahannya dengan cara-cara berpikir divergen.
B. Ciri Orang /remaja Kreatif
1.
Berpikir Lancar
Anak
kreatif mampu memberikan banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yang kita
berikan. Dalam kejadian sehari-hari, kita sering bertanya “apa”, maka sering
pula dijawab dengan banyak jawaban, meskipun kadang-kadang jawabannya agak
melenceng. Namun, itulah salah satu kehebatan anak kreatif. Dalam jangka
panjang, anak kreatif mampu memberikan banyak solusi atas masalah yang
dihadapinya. Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan karena di masa
depannya hidup akan penuh masalah dan tantangan. Dengan kreativitasnya, maka ia
akan lebih mudah menjawab masalah dan tantangan tersebut.
2.
Fleksibel dalam Berpikir
Anak
kreatif mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang (fleksibel),
sehingga ia mampu memberikan jawaban variatif. Hal ini akan memudahkannya
menjalani kehidupan dan menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan. Seringkali
tanpa kita sadari, anak memberikan jawaban atau komentar yang solutif atas pertanyaan
dan pernyataan kita.
3. Orisinil (Asli) dalam Berpikir
Anak
kreatif mampu memberikan jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain.
Jawaban-jawaban baru yang tidak lazim diungkapkan anak-anak atau kadang tak
terpikirkan orang lain, di luar perkiraan dan khas.
4.
Elaborasi
Anak
kreatif mampu memberikan banyak gagasan dengan menggabungkan beberapa ide atas
jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya
jawabannya secara rinci dan detail hingga hal-hal kecil.
5.
Imaginatif
Anak
kreatif memiliki daya khayal atau imajinasi, yang ia aplikasikan dalam
kegiatannya sehari-hari. Ia menyukai imajinasi dan sering bermain peran
imajinasi. Misalnya, ia membayangkan dirinya sebagai Ibu, maka ia akan berperan
sebagai ibu dalam segi bicara dan perilakunya. Dalam tataran anak remaja,
imajinasi ini biasanya berupa fiksi ilmiah, yakni sudah cukup mampu
mengembangkan imajinasinya dalam bentuk-bentuk keilmuan, seperti menulis cerpen
atau naskah drama, menciptakan lirik lagu, bermusik dengan genre tertentu, dan
lain-lain.
6.
Senang Menjajaki Lingkungannya
Anak
kreatif senang dengan bermain. Bermain dan permainannya itu selain
menyenangkannya juga membuatnya banyak belajar. Ia bisa mengumpulkan dan
meneliti makhluk hidup, serta benda mati yang ada di lingkungannya. Hal ini
tentu saja bermanfaat untuk masa depannya karena ia akan selalu belajar dan
mengasah rasa ingin tahunya terhadap sesuatu secara mendalam. Ciri ini juga
terkait dengan kecerdasan anak secara naturalis. Msalnya, karena ia senang
meneliti makhluk hidup, maka ia senang memelihara binatang atau tanaman yang
disukainya dan memberinya nama.
7.
Senang Menjajaki Lingkungannya
Anak
kreatif senang dengan bermain. Bermain dan permainannya itu selain
menyenangkannya juga membuatnya banyak belajar. Ia bisa mengumpulkan dan
meneliti makhluk hidup, serta benda mati yang ada di lingkungannya. Hal ini
tentu saja bermanfaat untuk masa depannya karena ia akan selalu belajar dan
mengasah rasa ingin tahunya terhadap sesuatu secara mendalam. Ciri ini juga
terkait dengan kecerdasan anak secara naturalis. Msalnya, karena ia senang
meneliti makhluk hidup, maka ia senang memelihara binatang atau tanaman yang
disukainya dan memberinya nama.
8.
Suka Menerima Rangsangan Baru
Anak
kreatif sangat suka mendapatkan stimulus atau rangsangan baru, serta terbuka
terhadap pengalaman baru. Hal ini berkaitan dengan rasa ingin tahunya dan
kesukaannya bereksperimen. Semakin banyak stimulus yang kita berikan, maka
semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkannya dan semakin banyak pula percobaan
yang dilakukannya, sehingga proses dan kemampuan berpikirnya akan terus
berkembang dan mengasah kecerdasan otaknya.
9.
Berminat Melakukan Banyak Hal
Anak
kreatif memiliki minat yang besar terhadap banyak hal. Ia suka melakukan
hal-hal yang baru, berani mencoba hal baru dan tidak takut terhadap tantangan.
Dengan mengetahui antusiasme dari minatnya terhadap sesuatu akan membantu orang
tua mengenali bakat anak, sehingga sejak dini bisa mengembangkan minat dan
bakatnya secara berdampingan dan berkesinambungan. Selain itu, keberanian
melakukan hal-hal baru dapat memupuk rasa percaya dirinya yang bermanfaat untuk
perkembangan kepribadiannya kelak.
10.
Tidak Mudah Merasa Bosan
Anak
kreatif tidak mudah bosan melakukan sesuatu. Ia akan melakukannya sampai ia
merasa benar-benar puas. Jika sudah puas, maka ia akan melakukan sesuatu yang
lain lagi. Inilah ciri kreativitasnya yang menonjol. Ketidakbosanan merupakan
aset berharga yang akan membuatnya terus mencari hal-hal yang dapat
menginspirasinya untuk berkreasi dan berinovasi dengan hal-hal yang dialaminya
dan dilihatnya, sehingga proses kereatifnya terus berjalan seiring pertumbuhan
usianya.
C. faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Tumbuh Kembangnya Kreativitas
1. Faktor internal individu
Faktor
internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi
kreativitas, diantaranya :
· Keterbukaan terhadap pengalaman dan
rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman
adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri
dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan
terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif
adalah individu yang mampu menerima perbedaan
· Evaluasi internal, yaitu kemampuan
individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh
dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun
demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari
orang lain.
· Kemampuan untuk bermaian dan
mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau
membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
2.
Faktor
eksternal (Lingkungan)
Faktor eksternal (lingkungan) yang
dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang
mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup
lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan
dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil
bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat.
Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan
mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain :
· Tersedianya sarana kebudayaan, misal
ada peralatan, bahan dan media,
· Adanya keterbukaan terhadap
rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat,
· Menekankan pada becoming dan
tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa
sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang,
· Memberi kebebasan terhadap semua
warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin,
· Adanya kebebasan setelah pengalamn
tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan
dapat dinikmati,
· Keterbukaan terhadap rangsangan
kebudayaan yang berbeda,
· Adanya toleransi terhadap pandangan
yang berbeda,
· Adanya interaksi antara individu
yang berhasil, dan
· Adanya insentif dan penghargaan bagi
hasil karya kreatif.
Selain itu Hurlock
(1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi
kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
a.
Jenis
kelamin. Anak
laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan,
terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.
Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk
lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih
menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
b.
Status
sosioekonomi.
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari
anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang
lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c.
Urutan
kelahiran. Anak
dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda.
Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir
ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi
dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk
menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak
untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
d.
Ukuran
keluarga. Anak
dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada
anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter
dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi
dan menghalangi perkembangan kreativitas.
e.
Lingkungan. Anak dari lingkungan kota
cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.
f.
Intelegensi. Setiap anak yang lebih pandai
menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai.
Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan
mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
D. Usaha-usaha Guru dan Orang Tua
Untuk Mengembangkan Kreatifitas Remaja
Sesungguhnya anak-anak kreatif
kedudukannya sama saja dengan anak-anak biasa lainnya. Namun, karena potensi
kreatifnya itu, mereka sangat memerlukan perhatian khusus di sini bukan berarti
mereka harus mendapatkan perlakuan istimewa, melainkan harus mendapatkan
bimbingan sesuai dengan potensi kreatifnya agar tidak sia-sia. Kelemahan
pendidikan selama ini dalam konteksnya dengan pengembangan potensi kreatif
anak, menurut Gowan (1981),adalah kurangnya perhatian terhadap pengembangan
fungsi belahan otak kanan.
Oleh karena itu, sistem pendidikan
hendaknya memperhatikan kurikulum yang akan diolah menjadi materi yang dapat
dikembalikan kepada fungsi-fungsi pengembangan dari kedua belahan otak manusia
tersebut. Terlalu menekankan pada fungsi satu belahan otak saja menyebabkan
fungsi belahan otak yang lain tidak berkembang secara maksimal.
Sifat relasi bantuan untuk membimbing anak-anak kreatif, menurut Dedi Supriadi (1994), sebenarnya sama saja dengan relasi untuk anak-anak pada umumnya. Hanya saja, idealnya para guru dan pembimbing mengetahui mekanisme proses kreatif dan manifestasi perilaku kreatif. Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif ini, Torrance (1977) menamakan relasi bantuan itu dengan istilah creative relationship yang memiliki karakteristik sebagai berikut.
Sifat relasi bantuan untuk membimbing anak-anak kreatif, menurut Dedi Supriadi (1994), sebenarnya sama saja dengan relasi untuk anak-anak pada umumnya. Hanya saja, idealnya para guru dan pembimbing mengetahui mekanisme proses kreatif dan manifestasi perilaku kreatif. Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif ini, Torrance (1977) menamakan relasi bantuan itu dengan istilah creative relationship yang memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.
Pembimbing
berusaha memahami berusaha memahami pikiran dan perasaan anak.
2.
Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan
gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan.
3.
Pembimbing
lebih menekankan pada proses daripada hasil sehingga Pembimbing di tuntut mampu
memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika
perkembangan dirinya.
4.
Pembimbing
berusaha menciptakan lingkungan yang bersahabat, bebas dari ancaman, dan
suasana saling menghargai.
5.
Pembimbing
tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak.
6.
Pembimbing
berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan
sebaliknya mencari-cari kesalahan anak.
7.
Pembimbing
berusaha menempatkan aspek berpikir dan perasaan secara seimbang dalam proses
bimbingan.
Supriadi (1994) mengemukakan
sejumlah bantuan yang dapat digunakan untuk membimbing perkembangan anak-anak
kreatif, yaitu :
1. Menciptakan rasa aman kepada anak
untuk mengekspresikan kreativitasnya;
2. Mengakui dan menghargai
gagasan-gagasan anak;
3. Menjadi pendorong bagi anak untuk
mengomunikasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya;
4. Membantu anak memahami dalam
berpikir dan bersikap, dan bukan malah
menghukumnya;
menghukumnya;
5. Memberikan peluang untuk mengomunikasikan
gagasan-gagasannya;
6. Memberikan informasi mengenai
peluang-peluang yang tersedia.
REFERENSI
Tim Dosen Pembina
PPD.2007.Bahan Ajar PPD.Padang:Pres UNP Padang
Ali, Mohammad dan Asrori,
Mohammad. 2008.PSIKOLOGI REMAJA: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi
Aksara.
Langganan:
Postingan (Atom)