ridona silaban
masih amatiran
Selasa, 10 Desember 2013
Selasa, 07 Mei 2013
resume kreativitas
PENGEMBANGAN PESERTA DIDIK
“Kreativitas”
Oleh:
RIDONA SILABAN
16573
/ 2010
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
2013
A. Pengertian Kreativitas
Barron
(1982) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru. Guilford (1970) menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada
kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif. Utami Munandar (1992:47)
mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi
sesuatu gagasan. Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya
hasil-hasil baru kedalam suatu tindakan (Utami Munandar, 1992:47). Drevdahl
mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan
baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis yang mungkin
melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu
yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang (Hurlock,1978).
Berdasarkan berbagai definisi
kreativitas di atas, maka definisi-definisi kreativitas dapat dikelompokan ke
dalam empat kategori yaitu :
1.
Product
2.
Person
3.
Process
4.
Press
Jadi, yang dimaksud dengan
kreativitas adalah cirri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari
karya-karya yang telah ada sebelumnya menjadi suatu karya baru yang dilakukan
melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan
mencari alternative pemecahannya dengan cara-cara berpikir divergen.
B. Ciri Orang /remaja Kreatif
1.
Berpikir Lancar
Anak
kreatif mampu memberikan banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yang kita
berikan. Dalam kejadian sehari-hari, kita sering bertanya “apa”, maka sering
pula dijawab dengan banyak jawaban, meskipun kadang-kadang jawabannya agak
melenceng. Namun, itulah salah satu kehebatan anak kreatif. Dalam jangka
panjang, anak kreatif mampu memberikan banyak solusi atas masalah yang
dihadapinya. Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan karena di masa
depannya hidup akan penuh masalah dan tantangan. Dengan kreativitasnya, maka ia
akan lebih mudah menjawab masalah dan tantangan tersebut.
2.
Fleksibel dalam Berpikir
Anak
kreatif mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang (fleksibel),
sehingga ia mampu memberikan jawaban variatif. Hal ini akan memudahkannya
menjalani kehidupan dan menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan. Seringkali
tanpa kita sadari, anak memberikan jawaban atau komentar yang solutif atas pertanyaan
dan pernyataan kita.
3. Orisinil (Asli) dalam Berpikir
Anak
kreatif mampu memberikan jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain.
Jawaban-jawaban baru yang tidak lazim diungkapkan anak-anak atau kadang tak
terpikirkan orang lain, di luar perkiraan dan khas.
4.
Elaborasi
Anak
kreatif mampu memberikan banyak gagasan dengan menggabungkan beberapa ide atas
jawaban yang dikemukakan, sehingga ia mampu untuk mengembangkan, memperkaya
jawabannya secara rinci dan detail hingga hal-hal kecil.
5.
Imaginatif
Anak
kreatif memiliki daya khayal atau imajinasi, yang ia aplikasikan dalam
kegiatannya sehari-hari. Ia menyukai imajinasi dan sering bermain peran
imajinasi. Misalnya, ia membayangkan dirinya sebagai Ibu, maka ia akan berperan
sebagai ibu dalam segi bicara dan perilakunya. Dalam tataran anak remaja,
imajinasi ini biasanya berupa fiksi ilmiah, yakni sudah cukup mampu
mengembangkan imajinasinya dalam bentuk-bentuk keilmuan, seperti menulis cerpen
atau naskah drama, menciptakan lirik lagu, bermusik dengan genre tertentu, dan
lain-lain.
6.
Senang Menjajaki Lingkungannya
Anak
kreatif senang dengan bermain. Bermain dan permainannya itu selain
menyenangkannya juga membuatnya banyak belajar. Ia bisa mengumpulkan dan
meneliti makhluk hidup, serta benda mati yang ada di lingkungannya. Hal ini
tentu saja bermanfaat untuk masa depannya karena ia akan selalu belajar dan
mengasah rasa ingin tahunya terhadap sesuatu secara mendalam. Ciri ini juga
terkait dengan kecerdasan anak secara naturalis. Msalnya, karena ia senang
meneliti makhluk hidup, maka ia senang memelihara binatang atau tanaman yang
disukainya dan memberinya nama.
7.
Senang Menjajaki Lingkungannya
Anak
kreatif senang dengan bermain. Bermain dan permainannya itu selain
menyenangkannya juga membuatnya banyak belajar. Ia bisa mengumpulkan dan
meneliti makhluk hidup, serta benda mati yang ada di lingkungannya. Hal ini
tentu saja bermanfaat untuk masa depannya karena ia akan selalu belajar dan
mengasah rasa ingin tahunya terhadap sesuatu secara mendalam. Ciri ini juga
terkait dengan kecerdasan anak secara naturalis. Msalnya, karena ia senang
meneliti makhluk hidup, maka ia senang memelihara binatang atau tanaman yang
disukainya dan memberinya nama.
8.
Suka Menerima Rangsangan Baru
Anak
kreatif sangat suka mendapatkan stimulus atau rangsangan baru, serta terbuka
terhadap pengalaman baru. Hal ini berkaitan dengan rasa ingin tahunya dan
kesukaannya bereksperimen. Semakin banyak stimulus yang kita berikan, maka
semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkannya dan semakin banyak pula percobaan
yang dilakukannya, sehingga proses dan kemampuan berpikirnya akan terus
berkembang dan mengasah kecerdasan otaknya.
9.
Berminat Melakukan Banyak Hal
Anak
kreatif memiliki minat yang besar terhadap banyak hal. Ia suka melakukan
hal-hal yang baru, berani mencoba hal baru dan tidak takut terhadap tantangan.
Dengan mengetahui antusiasme dari minatnya terhadap sesuatu akan membantu orang
tua mengenali bakat anak, sehingga sejak dini bisa mengembangkan minat dan
bakatnya secara berdampingan dan berkesinambungan. Selain itu, keberanian
melakukan hal-hal baru dapat memupuk rasa percaya dirinya yang bermanfaat untuk
perkembangan kepribadiannya kelak.
10.
Tidak Mudah Merasa Bosan
Anak
kreatif tidak mudah bosan melakukan sesuatu. Ia akan melakukannya sampai ia
merasa benar-benar puas. Jika sudah puas, maka ia akan melakukan sesuatu yang
lain lagi. Inilah ciri kreativitasnya yang menonjol. Ketidakbosanan merupakan
aset berharga yang akan membuatnya terus mencari hal-hal yang dapat
menginspirasinya untuk berkreasi dan berinovasi dengan hal-hal yang dialaminya
dan dilihatnya, sehingga proses kereatifnya terus berjalan seiring pertumbuhan
usianya.
C. faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Tumbuh Kembangnya Kreativitas
1. Faktor internal individu
Faktor
internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi
kreativitas, diantaranya :
· Keterbukaan terhadap pengalaman dan
rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman
adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri
dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan
terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif
adalah individu yang mampu menerima perbedaan
· Evaluasi internal, yaitu kemampuan
individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh
dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun
demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari
orang lain.
· Kemampuan untuk bermaian dan
mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau
membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
2.
Faktor
eksternal (Lingkungan)
Faktor eksternal (lingkungan) yang
dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang
mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup
lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan
dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil
bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat.
Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan
mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain :
· Tersedianya sarana kebudayaan, misal
ada peralatan, bahan dan media,
· Adanya keterbukaan terhadap
rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat,
· Menekankan pada becoming dan
tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa
sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang,
· Memberi kebebasan terhadap semua
warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin,
· Adanya kebebasan setelah pengalamn
tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan
dapat dinikmati,
· Keterbukaan terhadap rangsangan
kebudayaan yang berbeda,
· Adanya toleransi terhadap pandangan
yang berbeda,
· Adanya interaksi antara individu
yang berhasil, dan
· Adanya insentif dan penghargaan bagi
hasil karya kreatif.
Selain itu Hurlock
(1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi
kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
a.
Jenis
kelamin. Anak
laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan,
terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.
Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk
lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih
menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
b.
Status
sosioekonomi.
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari
anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang
lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c.
Urutan
kelahiran. Anak
dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda.
Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir
ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi
dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk
menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak
untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
d.
Ukuran
keluarga. Anak
dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada
anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter
dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi
dan menghalangi perkembangan kreativitas.
e.
Lingkungan. Anak dari lingkungan kota
cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.
f.
Intelegensi. Setiap anak yang lebih pandai
menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai.
Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan
mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
D. Usaha-usaha Guru dan Orang Tua
Untuk Mengembangkan Kreatifitas Remaja
Sesungguhnya anak-anak kreatif
kedudukannya sama saja dengan anak-anak biasa lainnya. Namun, karena potensi
kreatifnya itu, mereka sangat memerlukan perhatian khusus di sini bukan berarti
mereka harus mendapatkan perlakuan istimewa, melainkan harus mendapatkan
bimbingan sesuai dengan potensi kreatifnya agar tidak sia-sia. Kelemahan
pendidikan selama ini dalam konteksnya dengan pengembangan potensi kreatif
anak, menurut Gowan (1981),adalah kurangnya perhatian terhadap pengembangan
fungsi belahan otak kanan.
Oleh karena itu, sistem pendidikan
hendaknya memperhatikan kurikulum yang akan diolah menjadi materi yang dapat
dikembalikan kepada fungsi-fungsi pengembangan dari kedua belahan otak manusia
tersebut. Terlalu menekankan pada fungsi satu belahan otak saja menyebabkan
fungsi belahan otak yang lain tidak berkembang secara maksimal.
Sifat relasi bantuan untuk membimbing anak-anak kreatif, menurut Dedi Supriadi (1994), sebenarnya sama saja dengan relasi untuk anak-anak pada umumnya. Hanya saja, idealnya para guru dan pembimbing mengetahui mekanisme proses kreatif dan manifestasi perilaku kreatif. Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif ini, Torrance (1977) menamakan relasi bantuan itu dengan istilah creative relationship yang memiliki karakteristik sebagai berikut.
Sifat relasi bantuan untuk membimbing anak-anak kreatif, menurut Dedi Supriadi (1994), sebenarnya sama saja dengan relasi untuk anak-anak pada umumnya. Hanya saja, idealnya para guru dan pembimbing mengetahui mekanisme proses kreatif dan manifestasi perilaku kreatif. Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif ini, Torrance (1977) menamakan relasi bantuan itu dengan istilah creative relationship yang memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.
Pembimbing
berusaha memahami berusaha memahami pikiran dan perasaan anak.
2.
Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan
gagasan-gagasannya tanpa mengalami hambatan.
3.
Pembimbing
lebih menekankan pada proses daripada hasil sehingga Pembimbing di tuntut mampu
memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan dinamika
perkembangan dirinya.
4.
Pembimbing
berusaha menciptakan lingkungan yang bersahabat, bebas dari ancaman, dan
suasana saling menghargai.
5.
Pembimbing
tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai tertentu kepada anak.
6.
Pembimbing
berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak dan bukan
sebaliknya mencari-cari kesalahan anak.
7.
Pembimbing
berusaha menempatkan aspek berpikir dan perasaan secara seimbang dalam proses
bimbingan.
Supriadi (1994) mengemukakan
sejumlah bantuan yang dapat digunakan untuk membimbing perkembangan anak-anak
kreatif, yaitu :
1. Menciptakan rasa aman kepada anak
untuk mengekspresikan kreativitasnya;
2. Mengakui dan menghargai
gagasan-gagasan anak;
3. Menjadi pendorong bagi anak untuk
mengomunikasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya;
4. Membantu anak memahami dalam
berpikir dan bersikap, dan bukan malah
menghukumnya;
menghukumnya;
5. Memberikan peluang untuk mengomunikasikan
gagasan-gagasannya;
6. Memberikan informasi mengenai
peluang-peluang yang tersedia.
REFERENSI
Tim Dosen Pembina
PPD.2007.Bahan Ajar PPD.Padang:Pres UNP Padang
Ali, Mohammad dan Asrori,
Mohammad. 2008.PSIKOLOGI REMAJA: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi
Aksara.
Senin, 13 Agustus 2012
Makalah Rangkaian Sistem Rem ABS Toyota Camry Tipe 2.4V A/T
TEKNOLOGI
OTOTRONIC
“Diagnosa Kerusakan dan Keamanan Rangkaian Sistem Rem ABS Toyota Camry Tipe
2.4V A/T”
Oleh:
RIDONA SILABAN
16573 / 2010
PENDIDIKAN
TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Diagnosa Kerusakan dan Keamanan Rangkaian
Sistem Rem ABS Toyota Camry Tipe 2.4V A/T” yang merupakan salah satu
syarat perkuliahan pada mata kuliah Teknologi Ototronik di Universitas Negeri
Padang.
Penulis menyadari betul bahwa isi makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun sebagai penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari
makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membaca, seiring dengan itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selesainya makalah ini.
Padang, 5 Mei 2012
Penulis
|
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................. 1
B.
Identifikasi Masalah.........................................................................
2
C.
Pembatasan Masalah........................................................................ 2
D. Perumusan Masalah.......................................................................... 2
E. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
F.
Kegunaan
Penulisan......................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI
Landasan Teori................................................................................................. 4
A. Pengertian Sistem Rem ABS........................................................... 4
B. Komponen Utama Sistem ABS....................................................... 6
C. Gambar Rangkaian dan Blok Diagram Sistem
ABS....................... 8
D. Prinsip Kerja ABS............................................................................ 9
E.
Siklus
Kontrol ABS......................................................................... 11
F.
Jenis-jenis
ABS................................................................................ 14
BAB III PEMBAHASAN
Analisa Kerusakan Pada
Sistem ABS............................................................. 17
A. Kerusakan Pada Sistem ABS........................................................... 17
B.
Keamanan Sistem ABS....................................................................
18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 20
B. Saran................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Perkembangan
negara industri dapat maju pesat karena dipengaruhi oleh adanya hasil teknologi
yang tinggi dimana komponen-komponen mesin memiliki kualitas yang baik dan
memenuhi standar, baik dari
segi komponen maupun umur penggunaan yang tahan lama. Mobil adalah satu kesatuan
terdiri dari berbagai komponen yang menyatu, disebut dengan kendaraan.
Masing-masing adalah mesin, chasis dan pemindah daya, listrik dan aksesoris. Penemuan alat-alat modern dan
otomatis membawa manusia ketingkat kenyamanan yang lebih tinggi. Dan
perkembangan teknologi tersebut juga berpengaruh dalam bidang otomotif, sebagai
contoh kendaraan model dahulu dalam pengoperasiannya masih menggunakan manual,
namun pada kendaraan model sekarang dalam pengoperasiannya sudah banyak yang
menggunakan otomatis misalnya: sistem power window, sistem rem Antilock Brake System (ABS) dan juga
pada sistem pemindah daya (power train).
Dewasa ini
perkembangan teknologi system keamanan
pada mobil berkembang pesat, terutama dalam system pengereman. ABS atau
Antilock Brake System merupakan salah satu contoh teknologi terbaru tersebut.
Sistem ini betujuan untuk mencegah roda mengalami penguncian. Karena
berdasarkan penelitian, roda yang mengalami penguncian pada saat pengereman
akan menyebabkan resiko kecelakaan yang lebih besar. Roda yang mengalami
penguncian akan menyebabkan mobil tergelincir terutama pada jalan yang basah
atau pada jalan bersalju. Oleh karena itu Antilock Braking System merupakan
system keamanan yang penting pada mobil, akan sangat berbahaya jika system
pengereman ini mengalami kerusakan.
Seiring
lamanya pemakaian ABS pada kendaraan tentunya akan mengakibatkan beberapa
masalah pada system ABS ini, sehingga makalah ini dibuat untuk mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang timbul pada komponen-komponen ini akan
memudahkan dalam memperbaiki sekaligus mempercepat penanganan kasus bila
terjadi permasalahan.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa
masalah, yaitu:
a.
Rangkaian system ABS tidak berfungsi dengan baik
b.
Rem ABS terkadang berfungsi terkadang tidak
berfungsi
c.
Kerugian effisiensi pompa
d.
Kebocoran fluida
e.
Gelembung udara dalam minyak rem
f.
Kerugian efisiensi brake pad
g.
Kendaraan tidak mengerem saat dilakukan pengereman
C.
Batasan Masalah
Karena banyaknya masalah yang muncul dalam identifikasi
masalah diatas maka untuk memfokuskan dan pengkajian secara lebih mendalam,
penulis akan membatasi pada poin-poin berikut:
a.
Kerugian effisiensi pompa
b.
Kebocoran fluida
c.
Gelembung udara dalam minyak rem
d.
Kerugian efisiensi brake pad
e.
Kerusakan dan Keamanan
Rangkaian
a.
Analisa komponen
b.
SIKLUS KONTROL ABS
c.
Perbaikan system ABS
d.
Perawatan system ABS
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan adalah untuk menjelaskan empat hal berikut:
a.
Mengetahui komponen-komponen pada sistem ABS
b.
Mengetahui siklus pada saat system ABS bekerja
c.
Untuk mengetahui perbaikan kerusakan system ABS
d.
Untuk mengetahui cara perawatan system ABS
a. Untuk mengetahui
system ABS
b. Untuk
mengetahui Cara kerja system ABS
c. Untuk mengetahui
kontruksi dan rangkaian system ABS
d. Untuk
mengetahui komponen-komponen system ABS
e. Untuk mengetahui
tipe-tipe system ABS
f. Untuk
Mengetahui Persamaan supaya dapat mensimulasikan fungsi dari ABS agar dapat
digunakan dan lebih aman.
KAJIAN
TEORI
Landasan Teori
A.
Pengertian Sistem
Rem ABS
Sistem rem anti terkunci atau anti-lock braking sistem (ABS)
merupakan sistem pengereman pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda
ketika terjadi pengereman mendadak/keras.ABS merupakan sistem pengereman yang
didesain untuk menghindari terjadinya selip (skidding) karena roda terkunci
(locked) pada saat pengereman yang mana hal ini akan dapat menimbulkan bahaya
karena roda yang selip akan menyebabkan kendaraan tidak dapat dikendalikan.
Roda yang selip juga akan dapat memperpanjang jarak pengereman, karena
koefisien gesek ban yang selip lebih kecil daripada ban yang menggelinding.
Sistem ini bekerja apabila pada mobil terjadi pengereman keras
sehingga salah sebagian atau semua roda berhenti sementara mobil masih melaju,
membuat kendaraan tidak terkendali sama sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada
roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan,
lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses itu berlangsung sangat
cepat, bisa mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat
dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.
Jika permukaan jalan saat pengereman tidak rata, roda2 yang
mengalami selip akan mudah terkunci dan mobil akan berputar putar . namun
dengan sistem ABS mobil akan tetap stabil sampai mobil tersebut berhenti.
Perbandingan pengereman kendaraan yang tidak menggunakan rem ABS dan
yang menggunakan rem ABS
Sejarah singkat mengenai ABS
1.
1952 ABS untuk kapal terbang oleh Dunlop
2.
1969 Rear-wheel-only ABS oleh Ford &
Kelsey Hayes
3.
1971 Four-wheel ABS oleh Chrysler &
Bendix
4.
1978 Produksi massal Bosch ABS Systems
dengan Mercedes Benz
5.
1984 Sistem terpadu ABS oleh ITT-Teves
6.
Sejak awal tahun 1990 ABS mulai
ditawarkan ke mobil ukuran kecil dan menengah karena biaya sudah murah dan
untuk menambah efisiensi
Anti-lock Brake System
dirancang untuk mencegah terjadinya penguncian roda (wheel lockup) saat
pengeman mendadak di segala medan jalan. Hasil saat pengeraman adalah:
1. Mobil
tetap stabil
2. Arah
kemudi stabil (Vehicle Stability)
3. Mengerem
lebih cepat (jarak pengereman lebih dekat, kecuali jalan tanah, bersalju)
4. Penguasaan
kontrol kendaraan menjadi maksimal (tinggat kestabilan)
B.
Komponen Utama Sistem ABS
Sistem ABS merupakan
kombinasi dari sistem elektronik dan hidrolik untuk mengatur pengereman
masing-masing roda agar menghindari roda terkunci. Komponen utama ABS secara
umum adalah:
1.
Speed sensor
Masing roda, informasi ini diperlukan agar sistem dapat mengetahui roda
mana yang sedang akan terkunci. Speed sensor ini dapat terpasang terpasang pada
setiap roda, atau ada juga yang dipasang pada diferensial.masing-masing roda
agar menghindari roda terkunci.
Speed Sensor
2.
Valve
Terdapat sebuah valve pada open
masing-masing rem yang dikontrol oleh ABS, valve ini memiliki tiga posisi:
1)
Valve terbuka (open), tekanan dari master cylinder
diteruskan langsung ke rem.
2)
Valve menutup jalur dan mengisolasi rem roda yang
bersangkutan sehingga mencegah tekanan terus meningkat pada saat rem ditekan
lebih kuat.
3)
Valve melepaskan (release) tekanan pada rem.
3. Pump
Valve
melepaskan tekanan pada rem, oleh karena itu maka harus ada alat yang
mengembalikan tekanan pada rem, dan inilah fungsi dari pompa tersebut.
4. ABS Controller / Computer
ABS
terdiri dari wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecenderungan
suatu roda mengalami penguncian, HCU (Hydraulic Control Unit) mensuplai tekanan
rem ke setiap roda berdasarkan output signal dari ABSCM (control module).
Dari
sinyal wheel speed sensor, ABSCM akan menghitung dan memperkirakan akselerasi,
deselerasi dan slip rasio, pengaturan solenoid valve dan return pump, gunanya
adalah adalah untuk mencegah terjadinya wheel lock-up. ABSCM dapat mengatur
sistem monitoring pada sirkuit dan mematikan dirinya sendiri apabila sistem
mengalami kegagalan. Pengemudi dapat mengetahui adanya kegagalan sistem pada
ABS apabila lampu peringatan ABS menyala.
C.
Gambar Rangkaian dan Blok
Diagram Sistem ABS
Rangkaian
Komponen ABS
Blok
Diagram ABS ECU
D. Prinsip Kerja ABS
Salah
satu algoritma cara kerja dari sistem ABS secara sederhana adalah dengan
memonitor speed sensor pada roda sepanjang waktu untuk mencari terjadinya
perlambatan (deceleration) yang tidak wajar. Tepat sebelum terkunci, roda akan
mengalami perlambatan yang sangat cepat. Apabila dibiarkan, roda akan berhenti
jauh lebih cepat dari mobil, misalnya mobil yang bergerak dengan kecepatan 60
mil per jam akan berhenti dalam 5 detik, namun roda yang terkunci akan berhenti
berputar dalam waktu kurang dari 1 detik. ABS Controller kemudian membaca
perubahan yang “tidak mungkin” ini dan mengurangi tekanan (release) pada rem
tersebut sampai kembali terjadi akselerasi dan kemudian meningkatkan
tekanan(pumpi ng) lagi sehingga menimbulkan deselerasi lagi. Sistem ABS dapat
bekerja dengan sangat cepat dalam melakukan siklus tersebut, sebelum roda
mengalami perubahan kecepatan yang signifikan. Hal ini menyebabkan roda
melambat dengan perlambatan yang sama dengan mobil, dengan rem menjaga roda
sangat dekat dengan titik dimana roda akan mulai terkunci (lock up). Kondisi
ini menghasilkan daya pengereman yang maksimum pada sistem, begitu juga hal ini
dapat menjaga roda terus berputar sehingga tetap dapat dikendalikan.
Kesimpulannya, prinsip utama dari sistem ABS adalah
mengontrol kecepatan putaran roda dengan cara mengontrol tekanan pada jalur sistem pengereman.
Dengan demikian dicapai kondisi dimana roda sedang tepat sebelum terkunci, yang
mana akan menghasilkan pengereman yang paling efektif.
Ditinjau dari sistem
kontrolnya, sistem kontrol traksi merupakan sistem yang mampu mempertahankan
ratio slip diantara ban dan permukaan jalan dengan cara mengontrol
peralatan-peralatan guna memberikan perlawanan percepatan terhadap perubahan
kondisi permukaan jalan. Peralatan itu tersebut, yaitu:
1. Kontrol Torsi Engine, berfungsi
mempertahankan kondisi steady state plant.
2. Kontrol Torsi Pengereman, mencegah
keberadaan torsi dengan memberikan gaya gesek yang berbeda di antara kedua roda
penggerak.
Sistem kontrol traksi
direncanakan untuk mencegah roda melintir dengan gaya akseleratif yang tinggi,
dan pemasarannya telah mulai dilakukan sejak tahun 1987. Kraf (1990),
Rittmanssberger (1998), Kiyotaka (1991), menyatakan bahwa antiskid controller
mengatur roda slip dengan torsi pengereman, biasanya pada keempat rodanya. W
Shields Neeley (1994), menyatakan bahwa peren canaan kontrol slip dengan NeuFuz
dapat dilakukan untuk sistem kontrol traksi dan sistem ABS.
Armin Czinczel (1991)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa kebutuhan akan sistem kontrol traksi untuk
kendaraan FWD merupakan optimisasi traksi. Oleh karena itu sistem torsi
pengereman sangat diperlukan. Tatsuhiko Abe (1996) melakukan penelitian sistem
kontrol traksi dengan HTCS (Hybrid Traction Control System) yang menawarkan
kinerja dalam hal memperbaiki TCS dengan EIB (Engine Inertia Brake).
Komponen-Komponen Kontrol
Traksi tersebut meliputi :
1.
Wheel Speed sensor, sensor yang memberikan informasi
kepada ABS untuk ditindak lanjuti.
2.
ECU (Electronic Control Unit) Input amplifier IC
menerima sinyal dari wheel speed sensor,
3.
sinyal frekwensi tersebut memberi perintah tentang
kecepatan roda penggerak. Microcontrollernya akan memproses sinyal-sinyal
percepatan dan kecepatan roda penggerak. Datadata ini akhirnya akan menyiapkan
basis perhitungan dalam menentukan nilai akhir yang dibutuhkan untuk kendali
slip.
4.
Hydraulic Unit
5.
Electronic throttle control actuator
6.
Simplified throttle control actuator
7.
Fuel injection dan ignition control (Pengurangan
tekanan pompa mesin secara perlahan-lahan).
E. Siklus Kontrol ABS
1.
Pengaturan Rem Pada Permukaan Yang Tidak Rata (Koefisien
Gaya Rem)
Saat awal pengeman,
tekanan rem di dalam wheel brake cylinder dan masing-masing akan naik turun. Di
akhir tahap 1, deselerasi roda melebihi ambang batas (-a), akibatnya solenoid
valve akan memindahkan posisi “pressure hold” sesuai dengan kebutuhannya.
Tekanan rem tidak harus berkurang karena ambang batas (-a) dapat dilebihkan ke
dalam range stabil dari koefisiennya, atau dari kurva brake slip. Pada saat
bersamaan kecepan referensi dikurangi, besaran untuk slip switching ambang
batas •1 di dapat dari kecepatan referensi.
Kecepatan roda turun
dibawah ambang batas •1 di akhir tahap 2. Kemudian solenoid valve pindah ke
posisi “pressure drop” , sehingga tekanan rem bisa dikurangi sampai deselerasi
roda melebihi ambang batas (-a). Kecepatan turun lagi dibawah ambang batas (-a)
di akhir tahap 3 dan tekanan bertahan mengikuti panjangnya. Pada saat tersebut
akselerasi roda bertambah mengikuti bertambahnya ambang batas (+a). Tekanan
tetap konstan. Dan diakhir tahap 4, akselerasi melebihi kecepatan ambang batas
(+A) tertinggi, tekanan rem kemudian bertambah mengikuti naiknya ambang batas
(+A).
Di tahap 6, tekanan ren
dipertahankan kembali agar tetap konstan karena ambang batas (+a) dilebihkan.
Di akhir tahap ini, akselerasi sekeliling roda turun dibawah ambang batas (+a).
ini menandakan bahwa roda sudah memasuki batasan gaya rem yang stabil
(coefficient/brake slip curve) dan agak ringan. Tekanan rem sekarang mulai
masuk tahapan 7 sampai deselerasi roda melebihi ambang batas (- a) (akhir tahap
7). Pada saat tersebut, tekanan rem langsung diturunkan tanpa melalui sinyal 1.
2. Kontrol Rem di Jalan Licin (Koefisien
Gaya Rem Rendah)
Pada permukaan
jalan licin seperti ini, dengan sedikit injakan saja pada brake pedal, bisa
cukup untuk membuat roda terkunci sehingga memungkinkan terjadi selip pada ban.
Logic circuit di dalam ECU dapat mengenali kondisi aspal suatu jalan kemudian
menyesuaikannya karakter ABS.
Pada tahap 1
dan 2, pengaturan rem dilakukan dengan cara yang sama berdasarkan koefisien gaya
pengereman tinggi. Tahap 3 dimulai dengan penahanan tekanan dalam waktu
singkat, kemudian kecepatan roda diperbandingkan dengan slip switching ambang
batas •1. Selama kecepan roda kurang dari angka ambang batas slip switching,
tekanan rem akan diturunkan sebentar, dalam waktu yang tetap, dan ini diikuti
oleh tahap selanjutnya yaitu penahanan tekanan singkat. Kemudian dibuat
pembaharuan perbandingan antara kecepatan roda dan switching ambang batas •1,
sehingga tekanan bisa turun dalam waktu singkat.
Roda kemudian
berputar kembali mengikuti tahapan tekanannya dan roda-roda tersebut berputar melebihi
ambang batas (+a). selanjutnya, tekanan tertahan sampai akselerasinya dibawah ambang
batas (+a) lagi (akhir tahap 4). Ini di ikuti oleh tahap 5 melalui step-type
yang terbentuk di dalam tekanan yang sudah dikenalnya dari bagian sebelumnya
sampai siklus kontrol baru bias dikenali oleh pressure reduction tahap 6.
Pada siklus
yang telah dijelaskan sebelumnya, controller logic dapat mengenali kedua
tahapan penurunan tekanan sebelumnya dimana diperlukan untuk akselerasi roda
kembali setelah penurunan tekanan yang dikenali oleh sinyal (-a). Roda berputar
dengan batasan selip tinggi untuk waktu yang relatif lama, sehingga tidak aman
untuk kestabilan mobil dan penguasaan kemudi. Untuk mengatasi kedua masalah
ini, diperlukan perbandingan secara terus-menerus antara kecepatan roda dan
slip switching ambang batas •1 ini dan juga siklus control berikutnya. Sebagai
akibatnya, di tahan 6 tekanan rem secara tetap akan dikurangi sampai akselerasi
roda melebihi ambang batas (+a) tahap 7. Berkat penurunanan tekanan secara
tetap, roda berputar dengan selip tinggi dalam waktu singkat, sehingga bisa
meningkatkan kestabilan kendaraan dan kontrol kemudi dibanding dengan siklus
pertama.
F. Jenis-jenis ABS
1. 4-SENSOR 4-CHANNEL
Jenis ABAS ini
mempunyai empat wheel sensor dan 4 hydraulic control channel dan masingmasing mengontrol
secara tersendiri. Sistem ini mempunyai tingkat keamanan dan jarak pemberhentian
yang lebih pendek di berbagai macam kondisi jalan. Namun apabila permukaan jalannya
licin, besar gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan mengakibatkan
terjadi gerakan Yawing pada bodi kendaraan sehingga bisa mengurangi kestabilan.
Karena itulah, kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel ABS memasukkan
satu select low logic pada roda belakang agar mobil tetap stabil, di berbagai
macam kondisi jalan.
2. 4-SENSOR 3-CHANNEL
Dipakai untuk
mobil FF (Front engine Front driving), kebanyakan berat kendaraan terpusat di
roda depan dan berat titik tengah kendaraan saat direm juga berpindah ke depan
hampir 70%, gaya pengereman ini dikontol oleh roda depan. Artinya adalah
kebanyakan tenaga pengereman dibangkitkan oleh roda depan, sehingga agar ABS
bisa efektif, maka diperlukan pengaturan tersendiri (independent control) pada
roda depan. Namun demikian, roda belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit,
juga sangat penting untuk memastikan kendaraan aman saat dilakukan pengereman.
Karena itulah
apabila saat ABS roda belakang bekerja di permukaan jalan yang licin, maka
independent control pada roda belakang mengatur agar gaya pengereman roda2
belakang tidak merata sehingga mobil mengalami yawing. Untuk menhindari gerakan
yawing ini dan untuk menjaga agar mobil tetap aman saat ABS bekerja di berbagai
kondisi jalan, maka tekanan rem roda belakang diatur berdasarkan kecenderungan
roda mana yang mengalami lock-up. Konsep pengaturan ini dikenal dengan
‘Select-low control’.
3. 3-SENSOR 3-CHANNEL
Mobil yang
dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai sistem kontrol ABS jenis ini. 2 channel
untuk roda depan dan satunya lagi untuk roda belakang. Roda belakang dikontrol bersama
dengan select low control logic. Untuk X-brake line system, diperlukan 2
channels (2 brake port di dalam unit ABS) untuk mengatur roda belakang
dikarenakan masing-masing roda belakang mempunyai jalur rem yang berbeda.
4. 1-SENSOR 1-CHANNEL
Dipakai Untuk mobil yang dilengkapi dengan
H-bake line system, hanya untuk mengontrol tekanan roda belakang. Pada rear
diffirential dipasang satu wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi
kecepan roda. Cara kerjanya adalah saat dilaukan pengeraman mendadak roda depan
akan terkunci, sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti
pada permukaan jalan yang mempunyai daya gesek rendah (low) juga akan bertambah
jauh. Sistem ini hanya akan membantu untuk penghentian lurus.
BAB III
PEMBAHASAN
Analisa Kerusakan Pada Sistem ABS
A. Kerusakan pada
sistem ABS ini dimodelkan dengan menggunakan Software Matlab/Simulink.
1.
Kerugian Efisiensi Pompa
Jarak pemberhentian untuk
kerugian efisiensi pompa 90%, 70% dan 50% tidak mengalami perubahan yang
signifikan yaitu 50 – 50.1 m. Kerugian efisiensi pompa 70% dan 50% menyebabkan
roda cepat mengalami penguncian hingga terjadi slip selama 1.3 detik. Efisiensi
pompa diatas 70% pompa masih layak pakai, dibawah 70% pompa tidak layak pakai.
2.
Kebocoran Fluida
Jarak pemberhentian untuk
kebocoran 1% hampir sama dengan kondisi normal yaitu 50 m dengan waktu
pemberhentian 6.7 detik dan kebocoran 10% sekitar 60 m dengan waktu 7.8 detik.
Kebocoran diatas 10% menyebabkan loose brake dikarenakan slip rate dibawah 0.1
dan seal piston harus diganti.
3.
Gelembung Udara Dalam Minyak Rem
Slip rate untuk efisiensi
brake pad 90% dan 70% tidak mengalami perubahan masih pada 0.2 dan efisiensi
40% terjadi loose brake karena slip dibawah 0.1. Jarak pemberhentian untuk efisiensi
brake pad 90% sama dengan kondisi normal yaitu 50 m, efisiensi 70% sekitar 58 m
dengan waktu pemberhentian 7.4 detik, efisiensi 40% sekitar 73 m dengan waktu
pemberhentian 9 detik. Efisiensi diatas 70% pad layak
pakai dan untuk efisiensi dibawah 70% pad segera diganti.
4.
Kerugian Efisiensi Brake Pad
Bulk modulus 1.1 x 109 Pa
untuk memberikan gangguan adanya udara dalam oli rem. Jarak pemberhentiaannya
adalah 53 m dengan waktu pemberhentian 6.9 detik, jumlah puncak slip lebih
sedikit dibandingkan kondisi normal.
B. Keamanan Sistem
ABS
Saat
Ignition switch diputar ke ON, ABSCM akan melakukan self-test sampai kecepatan
kendaraan mencapai batas kecepatan normal dan juga memonitor sistem saat mobil
melaju. Jika terdeteksi ada kerusakan, pertama yang dilakukannya adalah
menghentikan fungsi ABS dan menyalakan lampu peringatan ABS. Meskipun ABS tidak
dapat bekerja, namun rem konvensional mesih tetap bekerja. setelah tidak
terdeteksi lagi adanya kerusakan pada sistem, maka lampu peringatan akan mati
dan sistem kembali berjalan normal.
1.
Initial Self-Testing setelah IG ON
(mobil berhenti)
Ketika kunci kontak
diputar ke ON maka arus akan mengalir ke ABSCM, dan melakukan prosedur kerja
sebagai berikut .
a)
Mengecek fungsi microprocessor
Ø Membuat
Watchdog Error dan memeriksa jika ada kesalahan
Ø Memeriksa
data ROM
Ø Memeriksa
data RAM apakah penulisan dan membacaan data normal
Ø Memeriksa
kerja converter A/D (Analog /Digital)
Ø Memeriksa
komunikasi diantara dua microprocessor
b)
Memeriksa fungsi valve relay
Ø Mengaktifkan
valve relay dan memeriksa kerjanya
c)
Memeriksa fungsi fail memori
Ø Memeriksa
fail memory circuit microprocessor
2.
Initial Self-Testing saat mobil mulai
berkegak
Ketika mobil mulai
bergerak, ABSCM akan melakukan tes fungsi actuator sebagai berikut :
a)
Tes fungsi solenoid valve
Ø Memeriksa
fungsi solenoid valve dan memonitor kerjanya
b)
Tes fungsi motor
Ø Menjalankan
motor dan memeriksa kondisinya. Tergantung dari si pembuat ABS, waktu
selftesting pada motor dapat berbeda, namun kebanyakan self-testing dilakukan
saat mobil mulai berjalan atau pada akhir ABS bekerja.
c)
Memeriksa sinyal wheel speed sensor
Ø Memeriksa
semua sinyal wheel speed sensor
3.
Tes sistem saat mobil melaju
Setelah proses inisial
self-test selesai, sistem ABS diperiksa oleh dua microprocessor dan sirkuit
lain disekitarnya. Jika ada kesalahan, microprocessor akan mengkonfirmasikannya
dan kode kesalahan tersebut akan disimpan di dalam ABSCM.
a)
Tes tegangan (12V, 5V)
Ø Periksa
apakah suplai tengannya 12volt dan tegangan di dalam ABSCM adalah 5 volt. Namun
perlu diperhatikan suatu saat tegangan bisa turun dikarenakan beroperasinya ABS
atau motor saat sedang memonitor tegangan.
b)
Tes kerja valve relay
Ø Saat
ABS bekerja, valve relay diaktifkan. ABSCM menjaga kerja valve relay.
c)
Perhitungan menghasilkan perbandingan
antara dua microprocessor
Ø Biasanya
ada dua microprocessor di dalam ABSCM dan melakukan fungsi kerja dalam waktu
yang sama. Keduanya saling membandingkan hasil satu sama lainnya dan mengenali
kesamaan diantara keduanya. Konsep perbandingan ini bisa menjamin bahwa system
berjalan sebagaimana mestinya dan dapat mendeteksi secara dini adanya
kerusakan.
d)
Tes kerja microprocessor
Ø Memonitor
e)
Memeriksa data ROM
Ø Melakukan
pemeriksaan jumlah data ROM dan memastikan bahwa program berjalan dengan normal.
4.
Menampilkan Self Diagnosis
Apabila ada kesalahan
yang dideteksi oleh safety circuit, fungsi ABS akan berhenti dan lampu
peringatan ABS menyala. ABSCM akan menampilkan kode kerusakan melalui alat
Scan. Alat scan dapat mengaktifkan solenoid valves dan motor.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, system rem ABS adalah system
yang sangat mendukung bagi keselamatan dan kenyamanan pengendara mobil. System
ABS juga telah banyak digunakan di mobil-mobil yang digunakan di Indonesia
sehingga sudah banyak bengkel-bengkel mobil yang menyediakan perbaikan system
rem ABS. Telah banyak dijelaskan bagaimana cara perbaikan dan perawatan untuk
sistem rem ABS, System Rem abs ini dalam electriknya
tidak membutuhkan begitu banyak perawatan karena kerja dari system ABS telah
diatur oleh ABS Computer (ABSCM) yang menerima sinyal dari Speed Sensor.
B. Saran
System rem ABS yang kerjanya didukung oleh system
hidrolik, sehingga pada system ini fluida yidak boleh kurang atau habis dan
harus tidak ada udara yang msuk kedalam saluran fluida karena akan mengganggu
kinerja pada system
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2006. Step 2 Chasis ABS. Jakarta : Hyundai.
Kristio, Mardhoko. 2012. “Simulasi ABS (Anti lock
Braking System)”, (Online), (http//Kristio-m-fst08.web.unair.ac.id/artikel_detail-35378-umum-simulasi
ABS (Anti lock Braking System).html, (diakses 30 April 2012).
Langganan:
Postingan (Atom)